Benarkah hari ini hari Kartini? Hari emansipasi kaum perempuan di seluruh Indonesia? Mengapa hari ini rasanya seperti hari batik nasional? Selain ucapan Selamat Hari Kartini, saat ini yang terlihat dimana - mana adalah orang memakai batik atau baju tradisional Indonesia lainnya. Hanya sebagai simbolkah? Mengapa tidak ada hari Tjut Nyak Dien atau hari pahlawan wanita lainnya ?
Banyak sekali perempuan Indonesia yang sudah berhasil dengan pencapaian luar biasa, tapi tidak sedikit juga yang masih berada jauh di belakang garis kemiskinan. Melihat anak remaja putus sekolah yang hanya lulusan SMP bahkan lulusan SD lalu menjadi pembantu rumah tangga di Jakarta, apa kata Kartini kalau beliau masih hidup ya...
Ah, ga mau mikir yang berat - berat, foto perempuan membatik yang saya cantumkan di tulisan saya menurut saya bisa juga jadi inspirasi, betapa dedikasi perempuan Indonesia untuk menghidupi keluarganya sangat tinggi, daripada harus mengemis ataupun bekerja dengan pekerjaan yang merendahkan martabat diri sendiri. Saya pernah mendengar cerita bahwa di salah satu daerah di Indonesia, setiap anak perempuan di dalam satu rumah tangga harus bisa menenun atau membatik. Kain tersebutlah yang biasanya digunakan untuk membayar sekolah sang anak atau dijual untuk hidup sehari - hari. Perempuan Indonesia terkenal punya 'pride' yang tinggi, walaupun halus dan rendah hati sebenarnya dalam jiwanya yang paling dalam mereka tidak pernah bisa dibeli.
"Setiap manusia mempunyai bagian jiwa yang lemah dan amat miskin yang bisa dibeli, dan dia juga tahu bahwa setiap manusia juga memiliki bagian jiwa yang kuat dan penuh ketetapan hati yang tidak pernah dapat dibeli." (Robert K, Rich dad Poor dad)
Paling tidak itu bentuk perjuangan ibu Kartini di masa lampau yang masih bisa diambil hikmahnya sampai sekarang, bahwa di tangan kita, kaum perempuan, apapun bisa dilakukan dan dicapai dengan dedikasi dan keteguhan hati untuk memperbaiki diri, keluarga dan membantu sesama perempuan di mana pun kita berada semampu kita. Semoga.
Banyak sekali perempuan Indonesia yang sudah berhasil dengan pencapaian luar biasa, tapi tidak sedikit juga yang masih berada jauh di belakang garis kemiskinan. Melihat anak remaja putus sekolah yang hanya lulusan SMP bahkan lulusan SD lalu menjadi pembantu rumah tangga di Jakarta, apa kata Kartini kalau beliau masih hidup ya...
Ah, ga mau mikir yang berat - berat, foto perempuan membatik yang saya cantumkan di tulisan saya menurut saya bisa juga jadi inspirasi, betapa dedikasi perempuan Indonesia untuk menghidupi keluarganya sangat tinggi, daripada harus mengemis ataupun bekerja dengan pekerjaan yang merendahkan martabat diri sendiri. Saya pernah mendengar cerita bahwa di salah satu daerah di Indonesia, setiap anak perempuan di dalam satu rumah tangga harus bisa menenun atau membatik. Kain tersebutlah yang biasanya digunakan untuk membayar sekolah sang anak atau dijual untuk hidup sehari - hari. Perempuan Indonesia terkenal punya 'pride' yang tinggi, walaupun halus dan rendah hati sebenarnya dalam jiwanya yang paling dalam mereka tidak pernah bisa dibeli.
"Setiap manusia mempunyai bagian jiwa yang lemah dan amat miskin yang bisa dibeli, dan dia juga tahu bahwa setiap manusia juga memiliki bagian jiwa yang kuat dan penuh ketetapan hati yang tidak pernah dapat dibeli." (Robert K, Rich dad Poor dad)
Paling tidak itu bentuk perjuangan ibu Kartini di masa lampau yang masih bisa diambil hikmahnya sampai sekarang, bahwa di tangan kita, kaum perempuan, apapun bisa dilakukan dan dicapai dengan dedikasi dan keteguhan hati untuk memperbaiki diri, keluarga dan membantu sesama perempuan di mana pun kita berada semampu kita. Semoga.
No comments:
Post a Comment