Friday, April 30, 2010

Setelah Lulus SMA...

Minggu ini, hampir semua pemberitaan di TV berkisar mengenai pengumuman kelulusan SMA/SMK. Kebetulan di rumah saya punya dua anak asuh yang bersekolah di SMK, salah satunya, Ana kelas 3 SMK. Syukurnya ia dinyatakan lulus ujian nasional kemarin dengan nilai rata-rata 7. Buat saya itu sudah cukup, mengingat sehari - hari ia juga sambil bekerja mengasuh anak saya.

Menurutnya, ada 21 orang temannya yang tidak lulus ujian nasional kali ini. Mereka yang tidak lulus itu tidak semuanya murid yang kurang pandai. Ada yang biasa juara kelas juga tidak lulus, karena ia tidak sempat menghitamkan bulatan semua jawabannya di kertas jawaban untuk komputer itu.


Tidak terbayang betapa sedihnya orang tua murid yang anaknya tidak lulus UN. Dalam situasi ekonomi seperti ini, tetap membiayai anak untuk bersekolah selama 3 tahun di SMK bukan perkara mudah. Membuat anak - anak ini tidak putus sekolah dan tetap bersemangat untuk belajar saja sudah cukup sulit. Bagaimana keadaan jiwa mereka ketika mereka menghadapi kenyataan tidak lulus UN. Tidak heran jika banyak siswa maupun orang tua murid yang patah arang untuk melanjutkan sekolah mereka / anak mereka.

Masalah ini masalah serius, di kota selain Jakarta tingkat ketidak lulusan ini mencapai ribuan orang. Bagaimana cara mengatasi masalah ini bukan hanya bisa dipecahkan oleh depdiknas. Para sosiolog pun bisa berandil untuk mencari tahu masalah sampai ke akar - akarnya. Masih adakah penilik sekolah yang datang mengunjungi sekolah-sekolah yang dapat mengetahui kendala tiap - tiap sekolah dan menjadi penghubung ke tingkat depdiknas ?

Jauh - jauh hari sebelum Ana lulus, saya memotivasi dia untuk mencari beasiswa agar ia dapat melanjutkan ke tingkat universitas. Program Bidik Misi 2010 walaupun sudah diiklankan di koran dan internet, tetap saja tidak semua kepala sekolah dan masyarakat mengetahuinya. Ketika Ana saya anjurkan pergi ke Depdiknas, ia diberitahu bahwa seharusnya kepala sekolah yang mengajukan muridnya utk beasiswa tersebut dan bukan dia sedniri yang menghadap kesana. Karena proses itu mandek, akhirnya saya sendiri yang mendatangi sekolah Ana dan bertemu dengan gurunya. Ternyata mereka sama sekali tidak tahu program tersebut dan menganjurkan Ana untuk mengurus sendiri semuanya. Ok, bagi saya ini tidak masalah dan bukan halangan.

Ketika Ana dinyatakan lulus kemarin, saya bertanya padanya, setelah ini apa, bagaimana caranya mendaftar ke universitas. Apakah sebelumnya ada penyuluhan di sekolahnya tentang apa yang harus dilakukan setelah lulus ? Ana menjawab tidak ada, dan tidak tahu harus berbuat apa, kebanyakan teman -temannya memilih mendaftar ke sekolah lanjutan biasa bukan ke universitas. Saya tertegun, artinya banyak anak - anak lain yang setelah lulus hanya diam menunggu, tidak tahu harus kemana.

Saya memulai mencari informasi melalui internet, ternyata banyak sekali info disana salah satunya adalah UMB ujian masuk bersama untuk 12 PTN atau ada ujian seleksi nasional atau SNMPTN untuk seluruh universitas di Indonesia. Saya tidak tahu apakah teman - teman Ana mengetahui tentang hal ini, tidak semua orang punya akses internet dan punya kemauan keras untuk mencari tahu. Hasil pengetahuan saya tentang UMB dan SNMPTN ini saya print dan saya fotokopi dan saya anjurkan pada Ana untuk ia pasang di Mading sekolahnya. Jadi siapapun temannya yang membutuhkan info bisa melihatnya di sana. Walaupun sekolah tidak menyediakan informasi itu, kita punya tanggung jawab untuk menyebarluaskan kesempatan yang mungkin bisa diraih oleh teman - teman Ana.

Saya ingat guru saya dulu pernah bilang pada saya :
" Jika kamu tidak bisa menjadi jalan raya yang mampu menampung kendaraan besar, jadilah saja jalan setapak tapi yang membawa orang ke mata air".

Ini pun saya tekankan pada Ana, supaya tidak pelit membagi pengetahuan yang ia tahu pada teman - temannya, Saya yakinkan padanya rejeki itu tak akan tertukar. Bersaing sehat dan berdoa, siapa yang diterima nanti tergantung pada nasibnya. Sekarang saya sedang mempersiapkan Ana untuk mengikuti kedua ujian itu, setelah itu saya dorong dia untuk mencari beasiswa, semuanya masih dalam tahap rencana dan sekali lagi tergantung pada nasib yang akan membawanya kemana. Kita doakan saja. semoga.

No comments:

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails