I have been thinking about my family heirlooms after reading Garance Dore's Le Kelly post. Most Indonesian women passing their daughter, pieces of batik cloths (or songket) as their precious heirloom. Sometimes pieces of jewelries are also being passed down generations after generations.
For me, because I am an only daughter, my mother passed me down so many songket and batik cloths....but what I want to show you here is my antique bag that my mother gave me. She had it from my grandmother. I love this small silver beads bag and use it to so many wedding parties. This piece of old bag always hold special places inside my cupboard (and in my heart too..hehe).
For me, because I am an only daughter, my mother passed me down so many songket and batik cloths....but what I want to show you here is my antique bag that my mother gave me. She had it from my grandmother. I love this small silver beads bag and use it to so many wedding parties. This piece of old bag always hold special places inside my cupboard (and in my heart too..hehe).
Come to think about family heirloom, I thought a lot about family legacies too...what has been passed down to the next generations...not only antiques jewelries and valuable inheritance but also a way of thinking and how to see the world. I read an interesting article 2 years ago (yes..and I still kept it)..and I will share it with you here :
"Arsitek kondang Tan Tjiang Ay berkata bahwa yang ditinggalkan seorang arsitek ketika "tutup buku", bukanlah benda mati seperti bangunannya, tetapi "legacy" nya, yaitu dampak dan kualitas positif yang bisa menginspirasi menjadi proses penyemangat, bahkan landasan action dan pola pikir bagi penerusnya.
If you lead a meaningful life, you never really die. The legacy you leave is the legacy you live.
Legacy adalah kualitas positif, spirit, penyemangat, nilai dan dampak positif yang menjadi landasan kehidupan seterusnya yang lebih baik. Legacy yang kita turunkan juga akan menggambarkan visi dan obsesi kita selama hidup. Semakin jelas visi dan kuat obsesi kita, semakin besar dampaknya.
Mewariskan kekayaan sampai tujuh turunan tidak termasuk membuat legacy. Berarti terkadang membuat legacy lebih sulit daripada sekedar mengumpulkan kekayaan supaya bisa menjadi warisan. Cara kita hidup, berkata-kata dan mengambil esensi dari kualitas kehidupan, kemudian mentransfernya ke dalam kebijakan, peraturan dan sistemlah yang perlu kita tata. Sehingga pada akhirnya tindakan dan kata- kata kita akan bergaung jauh ke depan"
(Kompas, Sabtu 2 Februari 2008 - "Warisan" Eileen Rahman dan Sylvina Savitri)
So..are we ready to create our own legacy ?
"Arsitek kondang Tan Tjiang Ay berkata bahwa yang ditinggalkan seorang arsitek ketika "tutup buku", bukanlah benda mati seperti bangunannya, tetapi "legacy" nya, yaitu dampak dan kualitas positif yang bisa menginspirasi menjadi proses penyemangat, bahkan landasan action dan pola pikir bagi penerusnya.
If you lead a meaningful life, you never really die. The legacy you leave is the legacy you live.
Legacy adalah kualitas positif, spirit, penyemangat, nilai dan dampak positif yang menjadi landasan kehidupan seterusnya yang lebih baik. Legacy yang kita turunkan juga akan menggambarkan visi dan obsesi kita selama hidup. Semakin jelas visi dan kuat obsesi kita, semakin besar dampaknya.
Mewariskan kekayaan sampai tujuh turunan tidak termasuk membuat legacy. Berarti terkadang membuat legacy lebih sulit daripada sekedar mengumpulkan kekayaan supaya bisa menjadi warisan. Cara kita hidup, berkata-kata dan mengambil esensi dari kualitas kehidupan, kemudian mentransfernya ke dalam kebijakan, peraturan dan sistemlah yang perlu kita tata. Sehingga pada akhirnya tindakan dan kata- kata kita akan bergaung jauh ke depan"
(Kompas, Sabtu 2 Februari 2008 - "Warisan" Eileen Rahman dan Sylvina Savitri)
So..are we ready to create our own legacy ?
No comments:
Post a Comment